pengantar Bisnis ( Bab 2 Ruang Lingkup Perusahaan)
bab 2
Perusahaan dan Ruang Lingkup Perusahaan
1.Pengertian
atau definisi Perusahaan
·
ialah suatu
tempat untuk melakukan kegiatan proses produksi barang atau jasa. Hal ini
disebabkan karena ‘ kebutuhan ‘ manusia tidak bisa digunakan secara
langsung dan harus melewati sebuah ‘ proses ‘ di suatu tempat, sehingga
inti dari perusahaan ialah ‘ tempat melakukan proses ‘ sampai bisa
langsung digunakan oleh manusia.
· Untuk
menghasilkan barang siap konsumsi, perusahaan memerlukan bahan – bahan dan
faktor pendukung lainnya, seperti bahan baku, bahan pembantu, peralatan dan
tenaga kerja. Untuk memperoleh bahan baku dan bahan pembantu serta tenaga kerja
dikeluarkan sejumlah biaya yang disebut biaya produksi.
·
Hasil dari
kegiatan produksi adalah barang atau jasa, barang atau jasa inilah yang akan
dijual untuk memperoleh kembali biaya yang dikeluarkan. Jika hasil penjualan
barang atau jasa lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka perusahaan
tersebut memperoleh keuntungan dan sebalik jika hasil jumlah hasil penjualan
barang atau jasa lebih kecil dari jumlah biaya yang dikeluarkan maka
perusaahaan tersebut akan mengalami kerugian. Dengan demikian dalam
menghasilkan barang perusahaan menggabungkan beberapa faktor produksi untuk
mencapi tujuan yaitu keuntungan.
·
Perusahaan
merupakan kesatuan teknis yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa.
Perusahaan juga disebut tempat berlangsungnya proses produksi yang
menggabungkan faktor – faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Perusahaan merupakan alat dari badan usaha untuk mencapai tujuan yaitu mencari
keuntungan. Orang atau lembaga yang melakukan usaha pada perusahaan disebut
pengusaha, para pengusaha berusaha dibidang usaha yang beragam.
·
Intisari :
·
Perusahaan : Suatu
tempat untuk melakukan kegiatan proses produksi barang atau jasa.
·
Perusahaan : Merupakan
kesatuan teknis yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa.
·
Biaya Produksi : Biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku – bahan pembantu dan tenaga kerja.
·
Laba : Jika hasil
yang diterima lebih besar dari biaya produksi.
·
Rugi : Jika hasil
yang diterima lebih kecil dari biaya produksi.
·
·
Tempat Kedudukan dan Tempat Perusahaan
·
A. Pengertian / Arti Definisi Lokasi Perusahaan
·
Lokasi
Perusahaan adalah suatu tempat di mana perusahaan itu malakukan kegiatan fisik.
Kedudukan perusahaan dapat berbeda dengan lokasi perusahaan, karena kedudukan
perusahaan adalah kantor pusat dari kegiatan fisik perusahaan. Contoh bentuk
lokasi perusahaan adalah pabrik tempat memproduksi barang.
·
·
B. Faktor-Faktor Pokok Penentu Pemilihan Lokasi Industri
·
- Letak dari
sumber bahan mentah untuk produksi
- Letak dari pasar konsumen
- Ketersediaan tenaga kerja
- Ketersediaan pengangkutan atau transportasi
- Ketersediaan energi
- Letak dari pasar konsumen
- Ketersediaan tenaga kerja
- Ketersediaan pengangkutan atau transportasi
- Ketersediaan energi
·
·
C. Jenis-Jenis Lokasi Perusahaan
·
1. Lokasi
perusahaan yang ditetapkan pemerintah
Lokasi ini sudah ditetapkan dan tidak bisa seenaknya membangun perusahaan di luar lokasi yang telah ditentukan. Contohnya adalah seperti kawasan industri cikarang, pulo gadung, dan lain sebagainya.
Lokasi ini sudah ditetapkan dan tidak bisa seenaknya membangun perusahaan di luar lokasi yang telah ditentukan. Contohnya adalah seperti kawasan industri cikarang, pulo gadung, dan lain sebagainya.
·
2. Lokasi
perusahaan yang mengikuti sejarah
Lokasi perusahaan yang dipilih biasanya memiliki nilai sejarah tertentu yang dapat memberikan pengaruh pada kegiatan bisnis. Misalnya seperti membangun perusahaan udang di cirebon yang merupakan kota udang atau membangun usaha pendidikan di yogyakarta yang telah terkenal sebagai kota pelajar.
Lokasi perusahaan yang dipilih biasanya memiliki nilai sejarah tertentu yang dapat memberikan pengaruh pada kegiatan bisnis. Misalnya seperti membangun perusahaan udang di cirebon yang merupakan kota udang atau membangun usaha pendidikan di yogyakarta yang telah terkenal sebagai kota pelajar.
·
3. Lokasi
perusahaan yang mengikuti kondisi alam
Lokasi perusahaan yang tidak bisa dipilih-pilih karena sudah dipilihkan oleh alam. Contoh : Tambang emas di cikotok, tambang aspal di buton, tambang gas alam di bontang kaltim, dan lain sebagainya.
Lokasi perusahaan yang tidak bisa dipilih-pilih karena sudah dipilihkan oleh alam. Contoh : Tambang emas di cikotok, tambang aspal di buton, tambang gas alam di bontang kaltim, dan lain sebagainya.
·
4. Lokasi
perusahaan yang mengikuti faktor-faktor ekonomi
Lokasi perusahaan jenis ini pemilihannya dipengaruhi oleh banyak faktor ekonomi seperti faktor ketersedian tenaga kerja, faktor kedekatan dengan pasar, ketersediaan bahan baku, dan lain-lain
Lokasi perusahaan jenis ini pemilihannya dipengaruhi oleh banyak faktor ekonomi seperti faktor ketersedian tenaga kerja, faktor kedekatan dengan pasar, ketersediaan bahan baku, dan lain-lain
·
·
Perusahaan dan Lembaga Sosial
·
Beberapa
tahun terakhir ini banyak perusahaan yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial
dan memberikan sumbangan dana untuk kegiatan-kegiatan sosial. Hal ini menarik
untuk dicermati dan dijadikan sebagai bahan kajian.Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh PIRAC (Public Interst Research and Advocacy
center) tentang potensi sumbangan perusahaan-perusahaan dalam kegiatan sosial.
Pada tahun 2001 ditemukan angka sebesar 115,3 milliar rupiah dana yang
disumbangkan dari 180 perusahaan baik perusahaan lokal, nasional, maupun
multinasional di Indonesia.
·
Fenomena ini
sungguh menggembirakan kita semua, mengingat dana tersebut bisa menjadi
alternatif pembiayaan program-program pengentasan kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya. Karena selama ini berbagai kegiatan sosial
banyak bergantung dari dana yang dikucurkan pemerintah seperti Jaring Pengaman
Sosial (JPS) maupun dana swadaya masyarakat melalui Lembaga Swadaya Masyarakat
yang ada. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa perusahaan bisa menjadi salah
satu sumber dana lokal yang potensial, mengingat banyaknya perusahaan yang
berminat dan memiliki kepedulian dalam mendanai kegiatan kegiatan sosial.
Bahkan sumber dana perusahaan ini relatif cukup besar jika dibandingkan dengan
dana perorangan atau pemerintah.
·
Bagi
perusahaan itu sendiri, sumbangan dalam aktivitas sosial yang dilakukan
merupakan manifestasi dari tanggung jawab sosialnya (corporate social
responsibility). Ada empat tanggung jawab perusahaan dalam kaitan ini. Pertama,
tanggungjawab ekonomi dengan menghasilkan laba. Kedua, tanggung jawab legal
dengan menaati hukum dalam kegiatan usahanya. Ketiga, tanggung jawab etika
dengan menghindarkan diri dari praktek-praktek yang bertentangan dengan nilai
nilai yang tumbuh di masyarakat. Keempat, tanggungjawab filantropis dengan
memberikan kontribusi dana sosial kepada masyarakat. Tanggung jawab filantropis
inilah yang mendorong perusahaan untuk memberikan sumbangan terhadap
aktivitas-aktivitas sosial.
·
Disisi lain,
sejak runtuhnya orde baru, kini mulai banyak bermunculan LSM-LSM yang
berkhidmah pada kepedulian terhadap masalah-masalah sosial. Hal ini disebabkan
karena ketidakpastian masyarakat terhadap kinerja pemerintah dalam menangani
masalah-masalah sosial yang ada sekarang ini.
·
Masalah
kemiskinan contohnya, hal ini menjadi persoalan yang kritis bagi perekonomian
negara, bahkan menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) sampai akhir tahun 2002
tercatat 38,7 juta atau sekitar 17,8 % dari penduduk Indonesia hidup dibawah
garis kemiskinan. Disamping masalah kemiskinan yang begitu besar, perkonomin
juga dihadapkan pada persoalan tingginya angka pengangguran. Masih menurut data
BPS, tercatat sebanyak 36 juta penduduk Indonesia adalah pengangguran.
·
Tingginya
angka kemiskinan dan pengangguran ini memberikan dampak yang sangat signifikan
dalam kehidupan sosial politik dan ekonomi kita. Kita masih ingat, krisis
ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan menurunnya daya
beli masyarakat secara drastis yang menimbulkan gejolak sosial politik yang
luar biasa. Masih segar dalam ingatan kita, tindakan anarkisme yang berupa
pembakaran dan penjarahan habis-habisan sebagai akibat kondisi krisis yang berkepanjangan.
·
Dampaknya
terhadap perekonomian nasional pun sampai saat ini belum bisa dipulihkan.
Alih-alih pulih, dengan daya beli masyarakat yang begitu rendahnya masih
ditambah dengan rencana kebijakan pemerintah yang kontroversial dengan
pencabutan subsidi pendidikan, menaikkan tarif dasar listrik, tarif telpon dan
harga BBM, yang menimbulkan gelombang demonstrasi besar dimana-mana.
·
Sementara
itu, sumber-sumber keuangan pemerintah tidak bisa diandalkan sepenuhnya dalam
mengatasi masalah-masalah sosial yang ada. Alokasi dana sosial seperti halnya
JPS pun juga tak banyak membantu karena ternyata banyak diselewengkan oleh para
pejabat tanpa nurani. Hal ini menjadi kajian publik yang akhirnya mendorong
munculnya lembaga lembaga swadaya masayarakat yang melakukan penggalangan dana
dari masyarakat dan menyalurkannya dalam berbagai bentuk program sosial. Dan
justru dari lembaga-lembaga seperti inilah dana sosial masyarakat terkelola
secara amanah dan profesioanal dan tepat sasaran.
·
Saya ingin
mengaitkan potensi dana sosial perusahaan yang disalurkan untuk aktivitas
sosial melalui keberadaan lembaga–lembaga swadaya masyarakat yang berkaitan
dengan aktivitas-aktivitas sosial secara langsung dengan mengulas keuntungan
yang bisa diperoleh bagi perusahaan itu sendiri.
·
Menurut
hasil penelitian PIRAC, selama ini kontribusi dana sosial perusahaan disalurkan
melalui empat model kedermawanan. Pertama, keterlibatan secara langsung.
Perusahaan menjalankan kegiatan kedermawanannya secara langsung dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial dan menyerahkan sumbangannya kepada
masyarakat tanpa perantara pihak lain. Kedua, melalui yayasan/organisasi sosial
yang dibentuk dan dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan
menyediakan dana awal, dana abadi ataupun dana rutin bagi aktivitas yayasan
tersebut. Ketiga, perusahaan berpartner atau bermitra dengan pihak lain.
Biasanya yang menjadi mitra dalam kegiatan-kegiatan tersenut adalah LSM,
instansi pemerintah, universitas, dan media masa. Keempat, bergabung dala
konsorsium. Perusahaan ikut mendirikan dan menjadi anggota serta mendukung
suatu lembaga sosial yang didirikan.
·
Dari keempat
model tersebut, ternyata model ketigalah yang banyak diminati dan dilakukan
oleh perusahan akhir-akhir ini. Yaitu menggandeng mitra dengan organisasi
sosial dalam menjalankan kegiatan sosialnya. Kalau dikaji lebih lanjut, menurut
pendapat saya model inilah yang memiliki potensi yang menguntungkan bagi kedua
belak pihak khususnya bagi perusahaan yang bersangkutan.
·
Pertama,
kontribusi perusahaan dalam kegiatan kedermawanan akan membangun image sosial
positif perusahaan sebagai entitas bisnis. Hal ini akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan yang bisa mendongkrak tingkat
penjualan produk-produknya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laba
perusahaan. Selain itu keberadaan perusahaan akan mendapat simpati dan dukungan
masyarakat penerima manfaat dana sosial perusahaan tersebut, terutama
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan paling menantikan adanya
program-program sosial yang menyentuh mereka.
·
Kedua,
bermitra dengan pihak lain khususnya LSM yang kompeten, lewat kerja sama ini
perusahaan tidak banyak direpotkan dengan hal-hal teknis pelaksanaan
program-program kegiata sosial yang diselenggarakan sehingga akan lebih optimal
hasilnya karena ditangani oleh pihak yang dianggap lebih kompeten dan
profesional. Selain itu juga akan menimbulkan korelasi positif antara
perusahaan dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat
·
Ketiga, jika
mitra kerjasamanya adalah LSM yang berbentuk LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang
mendapatkan pengesahan resmi dari pemerintah, maka perusahan akan lebih
diuntungkan lagi dengan diberlakukannya UU No 38/1999 tentang Pengelolaan Zakat
dan UU No 17/2001 tentang Pajak Penghasilan. Karena dana sosial perusahaan yang
berupa zakat secara legal bisa dijadikan sebagai biaya yang dapat dikurangkan
atas penghasilan kena pajak dalam penghitungan dan pembayaran pajak penghasilan
badan (perusahaan).
·
Hal ini
tidak bisa dilakukan jika dana sosial yang dikeluarkan dalam bentuk sumbangan
biasa baik diserahkan langsung maupun melalui LSM-LSM atau yayasan-yayasan yang
bukan LAZ. Karena sumbangan atau bantuan semacam ini tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto dalam penghitungan pajak penghasilan perusahaan yang
harus dibayarkan kepada pemerintah.
·
Ini adalah
keuntungan yang berlipat ganda bagi perusahaan. Sebuah pilihan yang sangat
bijak bagi perusahaan untuk memberikan kontribusi dana sosial dalam bentuk
zakat yang disalurkan kepada Lembaga Amil Zakat disahkan. Dan saya kira ini
adalah pilihan yang sangat rasional mengingat:
·
1. Banyak
perusahaan-perusahan yang ada di Indonesia sebagian besar sahamnya dikuasai
oleh orang muslim yang memiliki kewajiban agama untuk mengeluarkan zakat atas
usaha yang dimiliki orang-orang muslim apabila mencapai nishab/batasnya.
·
2. Zakat
bisa dijadikan sebagai biaya yang dapat dikurangkan atas penghasilan kena pajak
dalam perhitungan pajak penghasilan perusahaan Dengan demikian akan mengurangi
besarnya nilai pajak yang dibayarkan perusahan. Dengan berkurangnya pajak
penghasilan secara otomatis akan meningkatkan laba perusahaan. Dengan laba yang
besar perusahaan bisa memberikan deviden yang lebih besar kepada para
investor/pemegang sahamnya.
·
Jika
devidennya besar maka semakin banyak investor yang berminat menanamkan sahamnya
ke perusahaan, dengan demikian modal persuahaan juga semakin besar. Tambahan
modal saham tersebut bisa digunakan untuk ekspansi perusahaan. Asumsi ini
sesuai dengan keyakinan agama, Allah menjanjikan bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya
tidak akan berkurang malah akan semakin bertambah dan berkembang. Ini merupakan
barokah atas pelaksanaan kewajiban zakat yang diperintahkan.
·
3. Dengan
menberikan dana sosialnya ke lembaga amil zakat (LAZ) berarti perusahaan turut
berartisipasi dalam pengentasan kemiskinan karena dana zakat disalurkan kepada
delapan golongan, fakir miskin termasuk diantaranya. Sehingga jika masalah
kemiskinan dapat terselesaikan maka daya beli masyarakat akan meningkat dan
pangsa pasar produk-produk perusahaan juga semakin meluas seiring dengan
meluasnya kesejahteraan sosial. Karena masyarakat jualah yang menjadi konsumen
dari produk yang dihasilkan perusahaan.
·
4. Image
sosial perusahaan yang terbangun dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaan karena LAZ yang menjadi mitra memiliki status sosial yang
terpercaya oleh masyarakat dalam kredibilitasnya sebagai organisasi yang
berbasis amanah.
·
·
Berbagai Macam Lingkungan Perusahaan
·
Key Point :
:: Analisis Turbulensi Lingkungan
:: Analisis Agresivitas Strategik
:: Konsep Rekayasa Ulang
:: Analisis Turbulensi Lingkungan
:: Analisis Agresivitas Strategik
:: Konsep Rekayasa Ulang
·
·
A. Permasalahan
Salah satu cara mengetahui kinerja perusahaan adalah dengan melihatnya dari sisi bagaimana manajemen perusahaan merespon kondisi lingkungan internal dan eksternalnya dengan menggunakan tolok ukur tertentu sehingga diketahui tingkat turbulensinya, tingkat kesiapan perusahaan untuk mengantisipasinya serta bagaimana seharusnya perusahaan melakukan rekayasa ulang.
Salah satu cara mengetahui kinerja perusahaan adalah dengan melihatnya dari sisi bagaimana manajemen perusahaan merespon kondisi lingkungan internal dan eksternalnya dengan menggunakan tolok ukur tertentu sehingga diketahui tingkat turbulensinya, tingkat kesiapan perusahaan untuk mengantisipasinya serta bagaimana seharusnya perusahaan melakukan rekayasa ulang.
·
·
B. Analisis Turbulensi
Menurut Igor Ansoff dan Edward J. Mc. Donnell kinerja petensial perusahaan dikatakan optimal bila tiga kondisi berikut ini terpenuhi :
Menurut Igor Ansoff dan Edward J. Mc. Donnell kinerja petensial perusahaan dikatakan optimal bila tiga kondisi berikut ini terpenuhi :
·
·
1.
Agresivitas strategi dari perilaku bisnis perusahaan harus sesuai dengan
turbulensi lingkungannya
Turbulensi lingkungan merupakan suatu kumpulan ukuran dari suatu keterubahan (changeability) dan keterdugaan (predictability) atas lingkungan perusahaan.
Changeability terdiri atas kompleksitas lingkungan dan kebaruan relatif dari tantangan berlanjut yang dihadapi perusahaan dalam lingkungannya.
Predictability terdiri atas kecepatan perubahan, yaitu rasio kecepatan di mana tantangan berganti dalam lingkungan dengan kecepatan respons perusahaan dan kejelasan masa depan, dimana ketepatan dan kesesuaian informasi tentang masa depan berperan penting.
Turbulensi lingkungan merupakan suatu kumpulan ukuran dari suatu keterubahan (changeability) dan keterdugaan (predictability) atas lingkungan perusahaan.
Changeability terdiri atas kompleksitas lingkungan dan kebaruan relatif dari tantangan berlanjut yang dihadapi perusahaan dalam lingkungannya.
Predictability terdiri atas kecepatan perubahan, yaitu rasio kecepatan di mana tantangan berganti dalam lingkungan dengan kecepatan respons perusahaan dan kejelasan masa depan, dimana ketepatan dan kesesuaian informasi tentang masa depan berperan penting.
·
·
2. Daya
tanggap perusahaan harus sesuai dengan agresivitas strateginya
Data tanggap perusahaan dimulai dari level 1, yaitu : custodial, daya tanggap perusahaan cenderung pasif, level 2, yaitu production, perusahaan mengutamakan orientasi pada produksi, level 3, yaitu marketing, perusahaan berorientasi ke pasar, level 4, yaitu strategic, perusahaan dimotivasi oleh lingkungan yang lebih luas, dan level 5 flexible, perubahan yang kreatif yang menghasilkan perubahan yang orisinil
Data tanggap perusahaan dimulai dari level 1, yaitu : custodial, daya tanggap perusahaan cenderung pasif, level 2, yaitu production, perusahaan mengutamakan orientasi pada produksi, level 3, yaitu marketing, perusahaan berorientasi ke pasar, level 4, yaitu strategic, perusahaan dimotivasi oleh lingkungan yang lebih luas, dan level 5 flexible, perubahan yang kreatif yang menghasilkan perubahan yang orisinil
·
·
3. Komponen
kemampuan perusahaan harus saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Mengoptimalkan pencapaian tujuan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. Komponen – komponen perusahaan tersebut dilihat dari beberapa sisi. Yaitu : ikliim (kemampuan untuk merespon), kompetensi (kesanggupan untuk merespon) dan kapasitas (jumlah yang dapat direspon).
Mengoptimalkan pencapaian tujuan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. Komponen – komponen perusahaan tersebut dilihat dari beberapa sisi. Yaitu : ikliim (kemampuan untuk merespon), kompetensi (kesanggupan untuk merespon) dan kapasitas (jumlah yang dapat direspon).
·
Mendiagnosa
strategi perusahaan hendaknya mengikuti prosedur yang digariskan. Prosedur
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Membagi lingkungan perusahaan menjadi beberapa area bisnis yang berbeda yang memiliki tingkat turbulensi yang berbeda pula.
b. Tentukan rentang waktu untuk diagnosa turbulensi.
c. Menentukan tingkat turbulensi untuk tiap area bisnis untuk masa dating.
d. Mengulang prosedur nomor (c) di atas untuk menentukan tingkat turbulensi saat ini.
e. Menentukan agresitivitas dan daya respons perusahaan untuk keberhasilan di masa depan.
f. Menentukan agresitivitas dan daya respon perusahaan saat ini dan masa datang.
g. Membuat profil agresivitas dan daya respon perusahaan saat ini dan masa dating.
a. Membagi lingkungan perusahaan menjadi beberapa area bisnis yang berbeda yang memiliki tingkat turbulensi yang berbeda pula.
b. Tentukan rentang waktu untuk diagnosa turbulensi.
c. Menentukan tingkat turbulensi untuk tiap area bisnis untuk masa dating.
d. Mengulang prosedur nomor (c) di atas untuk menentukan tingkat turbulensi saat ini.
e. Menentukan agresitivitas dan daya respons perusahaan untuk keberhasilan di masa depan.
f. Menentukan agresitivitas dan daya respon perusahaan saat ini dan masa datang.
g. Membuat profil agresivitas dan daya respon perusahaan saat ini dan masa dating.
·
.:: Analisis
Turbulensi Lingkungan ::.
·
Analisis ini
akan menghasilkan suatu profil turbulensi (hal-hal yang sulit dikendalikan yang
bersifat mengacaukan) lingkungan perusahaan yang dinyatakan dalam nilai di mana
semua responden akan diminta penilaian atau pandangannya atas apa yang terjadi
di dalam lingkungan usahanya. Variabel dan descriptor untuk mengkaji turbulensi
lingkungan seperti di bawah ini :
·
a. Perubahan
( Changeability )
1. Kompleksitas lingkungan
2. Kebaruan relative
b. Perkiraan ( Predictability)
1. Kecepatan Perubahan
2. Kejelasan masa depan
c. Atribut lainnya
1. Diferensiasi strategi pemasaran
2. Frekuensi strategi pemasaran baru
3. Tekanan oleh pelanggan
4. Permintaan kapasitas industry
5. Tekanan oleh environmentalis
6. Tekanan oleh pemerintah
7. Diferensiasi produk
8. Frekuensi produk baru
9. Product life cycle (PLC)
10. Tingkat perubahan teknologi (TPT)
11. Diversity of competing technology (DCT)
12. Faktor kesuksesan pemasaran
13. Factor kesuksesan inovasi
1. Kompleksitas lingkungan
2. Kebaruan relative
b. Perkiraan ( Predictability)
1. Kecepatan Perubahan
2. Kejelasan masa depan
c. Atribut lainnya
1. Diferensiasi strategi pemasaran
2. Frekuensi strategi pemasaran baru
3. Tekanan oleh pelanggan
4. Permintaan kapasitas industry
5. Tekanan oleh environmentalis
6. Tekanan oleh pemerintah
7. Diferensiasi produk
8. Frekuensi produk baru
9. Product life cycle (PLC)
10. Tingkat perubahan teknologi (TPT)
11. Diversity of competing technology (DCT)
12. Faktor kesuksesan pemasaran
13. Factor kesuksesan inovasi
·
Responden =
{ A, B, …., …. }
Nilai Responden = skala 1 s/d 5
·
.:: Rekayasa
Ulang ( Re-engineering) ::.
·
Pembenahan
internal perusahaan sebagai antisipasi terhadap kondisi turbulensi lingkungan
di atas dapat dilakukan dengan menetapkan rekayasa ulang (re-engineering).
Menurut Warren Bennis dan Michael Mische, Rekayasa Ulang didefinisikan sebagai
suatu penataan ulang perusahaan secara radikal dengan menantang atau
mempertanyakan doktrin, praktek, dan aktivitas yang ada lalu secara inovatif
menyebarkan kembali modal dan sumber daya manusianya ke dalam proses lintas
fungsi. Penataan ulang ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan : posisi bersaing
perusahaan, nilai perusahaan bagi para pemegang saham dan kontribusi perusahaan
pada masyarakat.
Beberapa contoh aktivitas yang mencirikan rekayasa ulang antara lain : inovasi, pemahaman mengenai harapan dan keluhan pelanggan, proses belajar yang terus menerus, penciptaan ide-ide yang cemerlang, merancang paradigm baru, usaha untuk mengungguli pesaing dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Beberapa contoh aktivitas yang mencirikan rekayasa ulang antara lain : inovasi, pemahaman mengenai harapan dan keluhan pelanggan, proses belajar yang terus menerus, penciptaan ide-ide yang cemerlang, merancang paradigm baru, usaha untuk mengungguli pesaing dan meningkatkan kualitas lingkungan.
·
Manfaat
rekayasa ulang beberapa diantaranya adalah :
1. Peningkatan produktivitas
2. Pengoptimalan nilai bagi para pemegang saham
3. Pencapaian hasil yang luar biasa
4. Pengkonsolidasian fungsi-fungsi
5. Pengurangan kegiatan yang tidak perlu
1. Peningkatan produktivitas
2. Pengoptimalan nilai bagi para pemegang saham
3. Pencapaian hasil yang luar biasa
4. Pengkonsolidasian fungsi-fungsi
5. Pengurangan kegiatan yang tidak perlu
·
Unsur –
unsur pokok rekayasa ulang mempunyai 5 unsur, yaitu :
1. Visi yang berani
2. Rancangan yang sistematik
3. Maksud dan mandat yang jelas
4. Metodologi yang spesifik
5. Kepemimpinan yang efektif
1. Visi yang berani
2. Rancangan yang sistematik
3. Maksud dan mandat yang jelas
4. Metodologi yang spesifik
5. Kepemimpinan yang efektif
·
Oleh karena
itu, rekayasa ulang hendaknya dirancang dengan cara yang terstruktur dan
formal. Namun perlu diketahui bahwa tidak ada metodologi yang standar yang
dapat digunakan dalam setiap situasi yang mungkin timbul selama berlangsungnya
proses rekayasa ulang yang kompleks tersebut. Aplikasi setiap metodologi adalah
khas untuk organisasi tertentu. Untuk yang bersifat umum dibagi atas lima
tahapan, yaitu :
·
v Tahap 1 :
Menciptakan visi dan menetapkan tujuan
v Tahap 2 : Benchmarking dan mendefinisikan keberhasilan
v Tahap 3 : Melakukan inovasi proses
v Tahap 4 : Mentransformasikan organisasi
v Tahap 5 : Memantau proses yang direkayasa ulang
v Tahap 2 : Benchmarking dan mendefinisikan keberhasilan
v Tahap 3 : Melakukan inovasi proses
v Tahap 4 : Mentransformasikan organisasi
v Tahap 5 : Memantau proses yang direkayasa ulang
·
Setiap tahap
mempunyai sasaran, target, tugas dan hasil akhir yang berbeda-beda. Karena
proses rekayasa ulang harus merefleksikan kebutuhan organisasi yang spesifik
maka tidak ada batas waktu dalam penyelenggaraan setiap tahapan. Pedoman untuk
rekayasa ulang yang sukses adalah :
·
• Berpikir
secara luas, berani, dan terbuka.
• Mencermati proses pada seluruh lini organisasi
• Menantang semua doktrin dan proses tradisional dan menciptakan yang baru
• Menetapkan hasil yang diinginkan.
• Menghubungkan berbagai aktivitas dalam proses yang bersamaan bukan dalam tugas berurut.
• Berdayakan karyawan untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan pelanggan dan proses yang mereka hadapi.
• Memandang setiap lokasi organisasi sebagai suatu kesatuan tunggal.
• Pusatkan perhatian pada nilai yang berasal dari setiap proses , bukan pada tugas perorangan yang membentuk proses tersebut.
• Pergunakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
• Berfokus pada masalah masalah utama yang akan dipecahkan
• Ciptakan tim lintas fungsi yang terdiri dari orang-orang yang tepat dan mempunyai kemampuan yang tinggi. Bila perlu gunakan sumber daya eksternal seperti konsultan.
• Realistislah terhadap kemampuan yang ada. Rekayasa ulang itu sulit, radikal dan sangat berarti.
• Mencermati proses pada seluruh lini organisasi
• Menantang semua doktrin dan proses tradisional dan menciptakan yang baru
• Menetapkan hasil yang diinginkan.
• Menghubungkan berbagai aktivitas dalam proses yang bersamaan bukan dalam tugas berurut.
• Berdayakan karyawan untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan pelanggan dan proses yang mereka hadapi.
• Memandang setiap lokasi organisasi sebagai suatu kesatuan tunggal.
• Pusatkan perhatian pada nilai yang berasal dari setiap proses , bukan pada tugas perorangan yang membentuk proses tersebut.
• Pergunakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
• Berfokus pada masalah masalah utama yang akan dipecahkan
• Ciptakan tim lintas fungsi yang terdiri dari orang-orang yang tepat dan mempunyai kemampuan yang tinggi. Bila perlu gunakan sumber daya eksternal seperti konsultan.
• Realistislah terhadap kemampuan yang ada. Rekayasa ulang itu sulit, radikal dan sangat berarti.
Pendekatan Alam Perusahaan
Makna
terpenting tentang globalisasi adalah hampir tidak dibatasinya interaksi
kehidupan antarmanusia, antarmasyarakat dan antarbangsa di dunia. Dengan
mudahnya setiap entitas ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan
teknologi berinteraksi dalam tempo yang relatif singkat. Disitu tidak mudah
dihindari terjadinya saling mempengaruhi dan bahkan saling bersinergis
antarunsur bisnis. Di sisi lain akibat logisnya adalah munculnya persaingan
bisnis. Ubahan di satu sisi akan mempengaruhi sisi lain, termasuk di suatu
perusahaan. Berbagai kemungkinan ubahan yang terjadi, khususnya pada
perusahaan-perusahaan besar akan meliputi begitu banyaknya faktor seperti dalam
hal karyawan, manajer, dan jejaring bisnis.
Dari sisi
karyawan, jumlah karyawan, termasuk di jajaran manajemen, kemungkinannya akan
semakin berkurang dengan semakin banyaknya teknologi pengganti manusia yang
digunakan dan diterapkannya pola kemitraan kerja diantara karyawan yang semakin
efisien. Begitu pula intervensi karyawan secara fisik dalam menghadapi
pelanggan semakin berkurang karena semakin baiknya akses pelanggan terhadap
kebutuhan yang diminta lewat alat teknologi informasi. Bagaimana dengan peran
manajer?
Peran para
manajer semakin otonom pada fungsi pendukung, membantu staf dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan, pengembangan staf dan membimbing mereka. Para
manajer menempatkan posisi karyawannya sebagai mitra kerja ketimbang sebagai
bawahan; karyawan dilibatkan dalam perencanaan bisnis, pengembangan gagasan,
dan pengendalian mutu produk; jadi tidak ada istilah otoriter pada diri
manajer.
·
Sementara
itu jejaring interaksi bisnis antara perusahaan dan asosiasi pelanggan semakin
unik dan intensif serta terbuka, khususnya dalam mengembangkan manajemen
produk bermutu sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Konsentrasi perusahaan pada
berbagai bentuk produk kemungkinan berubah ke bentuk spesialisasi produk dimana
aliran suplai ke konsumen dipandang lebih potensial.
·
Gambaran
perubahan dalam hal dimensi karyawan dan manajer serta jejaring bisnis di atas
mengandung makna perusahaan membutuhkan kepemimpinan stratejik yang tidak
saja menguasai aspek tehnik manajemen tetapi juga yang menguasai aspek
humaniora dan politik serta berkemampuan membangun jejaring bisnis
internasional. Kepemimpinan yang berorientasi masa depan atau visioner. Siap
dengan segala resiko bisnis dalam menghadapi lingkungan global yang tidak
pasti.
·
Semakin
dituntutnya etika bisnis, perusahaan yang berhasil pada era global ini
adalah mereka yang siap menghadapi persaingan namun tanpa berniat mematikan
perusahaan lain atau elegan. Perusahaan akan menghindari dan tidak mendorong
terjadinya persaingan brutal dengan perusahaan lain. Yang terpenting adalah
mampu menghilangkan dan menghindari semua faktor pengganggu, menambah faktor
yang sesuai dengan standar dan menjadi pionir dalam menciptakan keunggulan atau
tampil beda dibanding dengan perusahaan lain. “Menghantam” perusahaan pesaing
bukan zamannya lagi. Yang jauh lebih penting bagaimana tiap perusahaan
melakukan pembenahan ke dalam atau semacam memperkuat keunikan kompetensi
bisnis sebagi unsur keunggulan kompetitif.
·
Karena
itulah perusahaan-perusahaan di Indonesia yang sementara ini masih berada
pada derajad persaingan yang rendah, harus memiliki kemampuan inovatif di
berbagai bidang, antara lain: menerapkan kompetensi utama yang memiliki
keunikan dan keunggulan serta tampil beda dibanding perusahaan lainnya;
mengidentifikasi produk atau jasa yang paling dibutuhkan oleh pelanggan;
mengidentifikasi dan mengembangkan metode pelayanan yang baru pada pelanggan;
melakukan perbaikan dan menciptakan produk dan jasa yang dipasarkan;
mengidentifikasi, membuat daya tarik dan memelihara pelanggan internal dan
eksternal secara lebih efektif dengan membangun hubungan dengan pelanggan lebih
kuat lagi; meningkatkan efisiensi produksi dengan resiko bisnis yang minimum;
menerapkan sistem remunerasi yang menstimuli karyawan bekerja secara lebih
produktif termasuk peluang karir; dan mengembangkan model pelatihan dan
pengembangan sumberdaya manusia baik dalam hal pengembangan pengetahuan dan
keterampilan maupun sikap (kecerdasan emosional dan spiritual).
Comments
Post a Comment